JAKARTA - Ujian
nasional (UN) menjadi sebuah upaya pemetaan di sekolah untuk
"meluluskan" muridnya menuju jenjang sekolah yang lebih tinggi. Hal
ini pun terlihat dari segi kualitas sistem pendidikannya. "Ada yang
mengatakan, 'kenapa sih ada UN segala?' Saya ingin sampaikan kalau pendidikan
salah satu bidang yang diotonomikan. Kenapa UN dilakukan? Karena merupakan
bagian pemetaan di sekolah sebuah kualitas sistem pendidikan," jelas Staf
Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi dan Media Sukemi, di Jakarta.
Menurut dia, untuk bisa
menentukan alat ukur yang sama bagi semua siswa, yakni didapatlah hasil
pemetaan. Hasilnya, daerah-daerah masih kurang dalam segi kualitasnya.
Sukemi meyakini bahwa
dengan adanya Kurikulum 2013, maka sistem UN akan berubah polanya. Begitu pula
dengan sistem penilaiannya.
"Saya sangat yakin
dengan Kurikulum 2013, UN polanya akan berubah. Kalau metodologi berubah,
sistem penilaiannya juga berubah, kalau kurikulum 2013 diimplementasikan UN
akan diubah polanya," harapnya.
Untuk itu, dirinya
mengimbau siswa, guru, orangtua apabila pelaksanaan UN berubah untuk tidak
khawatir. Dia menjelaskan, soal ujian susulan akan berbeda dengan soal utama,
setiap kelas akan mempunyai barcode tersendiri.
Sukemi menceritakan,
permasalahan untuk pencetakan naskah soal dan lembar jawaban UN (LJUN)
sebenarnya sudah siap dan tercetak, tetapi untuk sistem pengepakannya dan
pendistribusiannya kurang baik.
"Sebetulnya semua
soal sudah cetak, tapi bagaimana pengepakan ke distribusi. Karena manajemennya
kurang baik dari pemilihan percetakan itu, kita akan tunggu hasil investigasi
hasil Kemendikbud. Tidak mungkin kesalahan secara teknis, silakan masyarakat
menilai yang berkaitan dengan jabatan kecuali persoalan-persoalan moralitas
kita bisa menerimanya," imbuhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar